RSS

Monthly Archives: March 2012

Penyebab Prasangka Sosial

Terjadinya prasangka sosial dapat juga disebut pertumbuhan prasangka sosial dengan tidak sadar dan yang berdasarkan kekurangan pengetahuan dan pengertian akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya dari golongan orang yang di kenai prasangka itu.

Faktor utama pembentuk prasangka adalah sosialisasi

Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam
Orang berprasangka karena memang ia sudah dipersiapkan di dalam lingkungannya.
Prasangka timbul karna adanya perbedaan yg menimbulkan perasaan superior.
Prasangka timbul karna karena kesan yg menyakitkan / pengalaman yg tidak menyenangkan
Prasangka timbul karna adanya anggapan yang sudah jadi pendapat umum
suatu  faktor lainya yang lebih sadar dan yang dapat mempertahankan serta memupuk prasangka sosial dengan gigih adalah faktor kepentingan perseorangan atau golongan tertentu yang akan memperoleh keuntungan rezeki nya apabila mereka memupuk prasangka sosial itu seperti yang di uraikan oleh Prof. A.M. Rose (14) dalam brosur Unesco, The Roots of Prejudice, 1951.

Perkembangan prasangka sosial dapat di sebabkan oleh faktor-faktor ekstern pribadi orang, tetapi terdapat pula beberapa faktor intern dari pribadi orang yang mempermudah terbentuknya prasangka sosial padanya. Menurut beberapa penelitian psikologi, terdapat beberapa ciri pribadi orang yang mempermudah bertahanya prasangka sosial padanya, antara lain pada orang lain yang berciri tidak toleransi, kurang mengenal akan dirinya sendiri , kurang berdaya cipta, tidak merasa aman, memupuk khayalan-khayalan yang agresif dll.

Prasangka sosial dapat menjelma kedalam tindakan-tindakan diskriminatif dan agresi terhadap golongan yang di prasangkai.
Upaya mengurangi prasangka sosial
  • Dimulai pada pendidikan anak anak di rumah dan di sekolah oleh orang tua dan gurunya
  • Di hindarkan pengajaran pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka sosial tersebut dan ajaran ajaran yang sudah berprasangka sosial.
  • Interaksi antargolongan yang cukup intensifmampu sekali melenyapkan stereotip dan prasangka sosial antargolongan itu
 
Leave a comment

Posted by on March 7, 2012 in Psikologi Sosial

 

Tags: , , ,

PERSEPSI DAN PRASANGKA SOSIAL.PPT

Persepsi dan Prasangka Sosial

Tugas Prsesntasi

Presepsi dan Prasangka Sosial

 
Leave a comment

Posted by on March 2, 2012 in Psikologi Sosial

 

Tags: , ,

Prasangka Sosial

A.Definisi Prasangka Sosial


Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) pengertian prasangka dibatasi sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya. Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.
Menurut Mar’at (1981), prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yangmemiliki nilai positif atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif.

Sedangkan menurut Brehm dan Kassin (1993), prasangka sosial adalah perasaan negatif terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu.

Menurut David O. Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya.

Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada obyek yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang yang berprasangka tersebut.
Selanjutnya Kartono, (1981) menguraikan bahwa prasangka merupakan penilaian yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya berat sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu realitas.

Prasangka sosial menurut Papalia dan Sally, (1985) adalah sikap negatif yang ditujukan pada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alas an yang mendasar pada pribadi orang tersebut. Lebih lanjut diuraikan bahwa prasangka sosial berasal dari adanya persaingan yang secara berlebihan antar 2 individu atau kelompok.

Selain itu proses belajar juga berperan dalam pembentukan prasangka sosial dan kesemuanya ini akan terintegrasi dalam kepribadian seseorang.

Allport, (dalam Zanden, 1984) menguraikan bahwa prasangka social merupakan suatu sikap yang membenci kelompok lain tanpa adanya alasan yang objektif untuk membenci kelompok tersebut.

Selanjutnya Kossen, (1986) menguraikan bahwa prasangka sosial merupakan gejala yang interen yang meminta tindakan pra hukum, atau membuat keputusan-keputusan berdasarkan bukti yang tidak cukup. Dengan demikian bila seseorang berupaya memahami orang lain dengan baik maka tindakan prasangka sosial tidak perlu terjadi.
Menurut Sears individu yang berprasangka pada umumnya memiliki sedikit pengalaman pribadi dengan kelompok yang diprasangkai. Prasangka cenderung tidak didasarkan pada fakta-fakta objektif, tetapi didasarkan pada fakta-fakta yang minim yang diinterpretasi secara subjektif. Jadi, dalam hal ini prasangka melibatkan penilaian apriori karena memperlakukan objek sasaran prasangka (target prasangka) tidak berdasarkan karakteristik unik atau khusus dari individu, tetapi melekatkan karakteristik kelompoknya yang menonjol

Read the rest of this entry »

 
Leave a comment

Posted by on March 2, 2012 in Psikologi Sosial

 

Tags: ,

Persepsi Sosial

Persepsi adalah suatu proses berpikir yang melibatkkan pengolahan informasi, pemberian nama, deskripsi dan pemaknaan dari stimulus yang tertangkap oleh panca indera. Persepsi merupakan suatu proses kgnitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Sementara itu, persepsi social (social perspective) adalah suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba memahai orang lain.

Ketika kita ingin mengetahui perasaan orang lain, orang lain tak selalu bersedia menceritakan perasaanya yang terdalam kepadda kita. Sebaliknya, mereka justru berupaya keras menyembunyikannya atau bahkan berdusta pada kita tentang emosi kita saat itu (DePaulo dkk., 1996 dalam Forrest & Feldman, 2000). Maka dari itu kita sering berusaha memperoleh informasi secara tidak terlalu langsung: memperhatikan petunjuk nonverbal (nonverbal cues) yang tampil melalui ekspresi wajah, kontak mata, postur, gerak tubuh, dan berbagai tingkah laku ekspresif lainnya.

A. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi antar individu tanpa melibatkan isi bahasa lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa nonlisan melalui ekspresi wajah, kontak mata, dan bahasa tubuh. Perilaku nonverbal relative tak bisa dikekang dan sulit dikontrol. Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat mempengaruhi perasaan kita meskipun kita tidak secara sadar memperhatikan petunjuk ini, ataupun sengaja membaca perasaannya. Penularan emosional (emotional contagion) merupakan suatu mekanisme yang mentransfer perasaan secara otamatis dari satu orang ke orang lain. Contohnya, saat mendengar berpidato, nada suara pembicara bisa mempengaruhi perasaan kita. Saluran-saluran komunikasi nonverbal ada 4, yaitu:

  1. Ekspresi wajah. “Wajah adalah gambaran jiwa” yang berarti perasaan dan emosi manusia seringkali terbaca di wajahnya dan dapat dikenali melalui berbagai ekspresinya.  Terdapat 6 emosi dasar manusia yang terlihat jelas dan telah dipelajari sejak kecil: marah, takut, bahagia, sedih, terkejut, dan jijik (Izard, 1991; Rozin, Lowery & Elbert, 1994). Makna ekspresi wajah tidak berlaku secara penuh berlaku universal di seluruh dunia (perbedaan budaya dan konstektual memang ada dalam mengartikan ekspresi wajah yang tepat).
  1. Kontak mata. “mata adalah jendela hati” yang berarti kita bisa mengetahui perasaan orang lain melalui tatapan matanya. Kontak mata yang tinggi ontensitasnya bisa diartikan sebagai bentuk rasa suka atau perasaan positif lainnya, ada satu pengecualian. Bila seseorang memandangi kita terus menerus dan mempertahankan kontak mata ini tanpa peduli apapun yang sedang kita kerjakan, pandangan ini disebut staring (menatap).

 

  1. Bahasa tubuh (gesture, postur dan gerakan). Bahasa tubuh acapkali mengungkapkan keadaan emosional seseorang. Makin banyak pola gerakan tubuh juga menyimpan makna tersendiri. Sementara gesture terbagi menjadi beberapa kategori, namun satu yang terpenting adalah emblem (gerakan tubuh yang menyiratkan makna khusus menurut budaya tertentu).

 

  1. Sentuhan. Sentuhan yang dirasa tepat seringkali membangkitkan perasaan positif dalam diri orang yang disentuh. Jabat tangan mengungkapkan banyak hal tentang orang lain misalnya kepribadiannya dan bahwa jabat tangan yang kuat adalah teknik yang baik untuk menampilkan kesan pertama yang menyenangkan pada orang lain.
 
Leave a comment

Posted by on March 1, 2012 in Psikologi Sosial

 

Tags: ,

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi dari dua belah pihak atau lebih.Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan mengingat manusia itu sendiri adalah manusia sosial/bermasyarakat.

 

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dengan orang lain.Berhadapan dengan orang lain atau komunikasi interpersonal adalah sebuah metode komunikasi yang sering digunakan oleh manusia pada saat bekerja,bergaul dan bermasyarakat

 

Untuk melakukan komunikasi dengan baik,sebaiknya kita mengetahui situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara kita.Sebagaimana yang kita tahu,bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bisa menjadi sangat sensitif pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara dan masih banyak lagi. Untuk mengefektifkan komunikasi, dinamika komunikasi interpersonal harus senada dengan perkataan kita. Bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan dan intonasi suara akan membantu individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita

 

Sistem Komunikasi Interpersonal

Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti:

  • Persepsi Interpersonal
  • Konsep Diri
  • Atraksi Interpersonal
  • Hubungan Interpersonal.

 

Hubungan Interpersonal

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita Taylor mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting.Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:

1.    Percaya (trust)

Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:

  1. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
  2. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
  3. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.

 

2. Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:

  1. Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
  2. Orientasi maslah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cra mencapai tujuan.
  3. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam.
  4. Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
  5. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
  6. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.

 

3.    Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dll.Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh kesombongan, sifat malu dll.

 
Leave a comment

Posted by on March 1, 2012 in Psikologi Sosial